
Umum
Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah pegunungan, kecuali di
sebagian pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit. Di antara
gunung-gunung di Garut adalah: Gunung Papandayan (2.262 m) dan Gunung Guntur (2.249 m), keduanya terletak di perbatasan dengan Kabupaten Bandung, serta Gunung Cikuray (2.821 m) di selatan kota Garut.
Letak
Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Tenggara pada koordinat 6º56'49
- 7 º45'00 Lintang Selatan dan 107º25'8
- 108º7'30
Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif
sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas-batas sebagai berikut :
- Utara: Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang
- Timur: Kabupaten Tasikmalaya
- Selatan: Samudera Hindia
- Barat: Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur
Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung
sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan
hinterland
bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten
Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota
dan Kabupaten Bandung, sekaligus berperan di dalam pengendalian
keseimbangan lingkungan.
Iklim dan cuaca
Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat dikatagorikan sebagai
daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk
tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim Koppen. Berdasarkan studi data
sekunder, iklim dan cuaca di daerah Kabupaten Garut dipengaruhi oleh
tiga faktor utama, yaitu : pola sirkulasi angin musiman (monsoonal
circulation pattern), topografi regional yang bergunung-gunung di bagian
tengah Jawa Barat; dan elevasi topografi di Bandung. Curah hujan
rata-rata tahunan di sekitar Garut berkisar antara 2.589 mm dengan bulan
basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan, sedangkan di sekeliling daerah
pegunungan mencapai 3500-4000 mm. Variasi temperatur bulanan berkisar
antara 24 °C - 27 °C. Besaran angka penguap keringatan
(evapotranspirasi) menurut Iwaco-Waseco (1991) adalah 1572 mm/tahun.
Selama musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut yang
membawa udara basah dari Laut Cina Selatan dan bagian barat Laut Jawa.
Pada musim kemarau, bertiup angin kering bertemperatur relatif tinggi
dari arah Australia yang terletak di tenggara.
Geomorfologi
Bentang alam Kabupaten Garut Bagian Utara terdiri dari atas dua
aransemen bentang alam, yaitu : (1) dataran dan cekungan antar gunung
berbentuk tapal kuda membuka ke arah utara, (2) rangkaian-rangkaian
gunung api aktif yang mengelilingi dataran dan cekungan antar gunung,
seperti komplek G. Guntur - G. Haruman - G. Kamojang di sebelah barat,
G. Papandayan - G. Cikuray di sebelah selatan tenggara, dan G. Cikuray -
G. Talagabodas - G. Galunggung di sebelah timur. Bentang alam di
sebelah Selatan terdiri dari dataran dan hamparan pesisir pantai dengan
garis pantai sepanjang 80 Km. Evolusi bentang alam Kabupaten Garut
khususnya Garut Utara dapat dijelaskan melalui 2 (dua) pendekatan
hipotesis, yaitu:
- Bemmelen (1949) berpendapat bahwa terbentuknya tataan bentang alam,
khususnya di sekitar Garut, dikontrol oleh aktivitas volkanik yang
berlangsung pada periode Kuarter (sekitar 2 juta tahun lalu sampai
sekarang). Setelah terjadi pergerakan tektonik yang memicu pembentukan
pegunungan di akhir Pleistosen, terjadilah deformasi regional yang
digerakan oleh beberapa patahan, seperti patahan Lembang, patahan
Kancana, dan patahan Malabar-Tilu. Khusus di sekitar dataran antar
gunung Garut diperkirakan telah terjadi suatu penurunan (depresi) akibat
isostasi (proses menuju keseimbangan) dari batuan dasar dan pembebanan
batuan sedimen volkaniklasik diatasnya.
- Menurut konsep Tektonik Lempeng (Hamilton, 1979), proses pembentukan
gunung api di Zona Bandung tidak terlepas dari proses pembentukan busur
magmatis Sunda yang dikontrol oleh aktivitas penunjaman (subduksi)
Lempeng Samudera Indonesia yang menyusup sekitar 6-10 cm/tahun di bawah
Lempeng Kontinen Asia. Bongkahan (slab) lempeng samudera setebal lebih
dari 12 km tersebut akan tenggelam ke mantel bagian luar yang bersuhu
lebih dari 3000°, sehingga mengalami pencairan kembali. Akibat komposisi
lempeng kerak samudera bersifat basa, sedangkan mantel bagian luar
bersifat asam, maka pada saat pencairan akan terjadi asimilasi magma
yang memicu bergeraknya magma ke permukaan membentuk busur magmatis
berkomposisi andesitis-basaltis. Setelah terbentuk busur magmatis,
pergerakan tektonik internal (intra-arctectonics) selanjutnya bertindak
sebagai penyebab utama terjadinya proses perlipatan, patahan, dan
pembentukan cekungan antar gunung.
Topografi
Ibukota Kabupaten Garut berada pada ketinggian 717 m dpl dikelilingi oleh Gunung Karacak (1.838 m), Gunung Cikuray (2.821 m), Gunung Papandayan (2.622 m), dan Gunung Guntur
(2.249 m). Karakteristik topografi Kabupaten Garut: sebelah Utara
terdiri dari dataran tinggi dan pegunungan, sedangkan bagian Selatan (Garut Selatan)
sebagian besar permukaannya memiliki tingkat kecuraman yang terjal dan
di beberapa tempat labil. Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tempat
yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah yang sejajar dengan
permukaan laut hingga wilayah tertinggi d ipuncak gunung. Wilayah yang
berada pada ketinggian 500-100 m dpl terdapat di kecamatan Pakenjeng dan Pamulihan dan wilayah yang berada pada ketinggian 100-1500 m dpl terdapat di kecamatan Cikajang, Pakenjeng, Pamulihan, Cisurupan dan Cisewu.
Wilayah yang terletak pada ketinggian 100-500 m dpl terdapat di
kecamatan Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet dan Bungbulang serta
wilayah yang terletak di daratan rendah pada ketinggian kurang dari 100 m
dpl terdapat di kecamatan Cibalong dan Pameungpeuk. Rangkaian
pegunungan vulkanik yang mengelilingi dataran antar gunung Garut Utara
umurnya memiliki lereng dengan kemiringin 30-45% disekitar puncak,
15-30% di bagian tengah, dan 10-15% di bagian kaki lereng pegunungan.
Lereng gunung tersebut umumnya ditutupi vegetasi cukup lebat karena
sebagian diantaranya merupakan kawasan konservasi alam. Wilayah
Kabupaten Garut mempunyai kemiringan lereng yang bervariasi antara
0-40%, diantaranya sebesar 71,42% atau 218.924 Ha berada pada tingkat
kemiringan antara 8-25%. Luas daerah landai dengan tingkat kemiringan
dibawah 3% mencapai 29.033 Ha atau 9,47%; wilayah dengan tingkat
kemiringan sampai dengan 8% mencakup areal seluas 79.214 Ha atau 25,84%;
luas areal dengan tingkat kemiringan sampai 15% mencapai 62.975 Ha atau
20,55% wilayah dengan tingkat kemiringan sampai dengan 40% mencapai
luas areal 7.550 Ha atau sekitar 2.46%. Berdasarkan arah alirannya,
sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi dua daerah
aliran sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di Laut Jawa
dan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera Indonesia. Daerah
aliran selatan pada umumnya relatif pendek, sempit dan berlembah-lembah
dibandingkan dengan daerah aliran utara. Daerah aliran utara merupakan
DAS sungai Cimanuk
Bagian Utara, sedangkan daerah aliran selatan merupakan DAS Cikaengan
dan Sungai Cilaki. Wilayah Kabupaten Garut terdapat 33 buah sungai dan
101 anak sungai dengan panjang sungai seluruhnya 1.397,34 Km; dimana
sepanjang 92 Km diantaranya merupakan panjang aliran sungai Cimanuk
dengan 58 buah anak sungai. Berdasarkan interpretasi citra landsat Zona
Bandung, nampak bahwa pola aliran sungai yang berkembang di wilayah
dataran antar gunung Garut Utara menunjukan karakter mendaun, dengan
arah aliran utama berupa sungai Cimanuk menuju ke utara. Aliran Sungai
Cimanuk dipasok oleh cabang-cabang anak sungai yang berasal dari lereng
pegunungan yang mengelilinginya. Secara individual, cabang-cabang anak
sungai tersebut merupakan sungai-sungai muda yang membentuk pola
penyaliran sub-paralel, yang bertindak sebagai subsistem dari DAS
Cimanuk.
Geologi
Berdasarkan peta geologi skala 1:100.000 lembar Arjawinangun, Bandung
dan Garut yang dikompilasi oleh Ratman & Gafor (1998) menjadi peta
geologi skala 1:500.000, tataan dan urutan batuan penyusun di wilayah
Kabupaten Garut bagian utara didominasi oleh material vulkanik yang
berasosiasi dengan letusan (erupsi) gunungapi, diantaranya erupsi G.
Cikuray, G. Papandayan dan G. Guntur. Erupsi tersebut berlangsung
beberapa kali secara sporadik selama periode Kuarter (2 juta tahun)
lalu, sehingga menghasilkan material volkanis berupa breksi, lava, lahar
dan tufa yang mengandung kwarsa dan tumpuk menumpuk pada dataran antar
gunung di Garut. Batuan tertua yang tersingkap di lembah Sungai Cimanuk
diantaranya adalah breksi volkanik bersifat basaltic yang kompak,
menunjukan kemas terbuka dengan komponen berukuran kerakal sampai
bongkah. Secara umum, batuan penyusun dataran antar gunung Garut
didominasi oleh material volkaniklasik berupa alluvium berupa pasir,
kerakal, kerikil, dan Lumpur. Jenis tanah komplek podsolik merah
kekuning-kuningan, podsolik kuning dan regosol merupakan bagian yang
paling luas terutama di bagian Selatan, sedangkan di bagian Utara
didominasi tanah andosol yang memberikan peluang terhadap potensi usaha
sayur-mayur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
please comment dan tolong komen disini ya.